Kala dihadapkan oleh dua pilihan antara sukses di karir atau segera mewujudkan misi suci, yakni segera menikah, untuk sebagian orang hal ini dirasakan sulit mengingat memiliki karir cemerlang di dunia yang serba kompetitif seperti sekarang ini bukanlah hal yang mudah. Sementara memiliki calon dan segera menikah adalah target berikutnya.

Memikirkan serta meraih karir sukses tak jarang membawa seseorang melupakan kehidupan pribadinya. Pendidikan, ketrampilan serta pergaulan yan makin luas di era global berdampak pada pengambilan keputusan bagi orang tertentu untuk bebas memilih hidup sendiri, menjadi orang tua tunggal, atau tetap menjanda. Bukan soal lagi, memilih karir atau berumah tangga ketika nilai tradisi tenggelam pelan-pelan. Lembaga rumah tangga dalam pengertian lama mulai terancam. Kini prioritas utama lebih pada bagaimana meraih karir yang lebih baik.

Film The Wedding Planner sedikit banyak melukiskan gambaran bagaimana seseorang yang terlalu sibuk dengan pekerjaan sehingga melupakan bahwa ia juga sebagai pribadi yang menjalani kehidupan ini dengan pasangan hidupnya. Seorang perencana pesta pernikahan yang sukses, Mary, sangat mengutamakan karirnya sehingga lupa dengan kehidupan pribadinya.

Sebagi seorang wanita lajang, Mary seakan tak punya waktu untuk mencari calon pendamping hidupnya. Film yang dibintangi Jennifer Lopez ini memang hanyalah sebuah film buatan manusia namun dalam kehidupan nyata jalan cerita yang dihadirkan oleh sutradara Adam Shankman ini sebenarnya tak jarang merefleksikan kehidupan nyata, orang rela hidup lajang sepanjang hidupnya asalkan obsesinya tercapai.

Menunda menikah bisa jadi keputusan temporer yang dilakukan seseorang karena sadar untuk menikah dan membentuk lembaga rumah tangga diperlukan persiapan. Sampai kapan? Itu sah-sah saja dilakukan, toh pada akhirnya dia akan menikah juga.

(Majalah Perkawinan)